SOPPENGPOS.com, Soppeng-Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unhas Gelombang 112 bersama Pemerintah Desa Pising Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng menggelar Festival Sutera di Aula Desa Pising Kamis, 1/08/2024
Para peserta yang menggunakan baju sutera sebagai ciri khas Kabupaten Soppeng dengan mengangkat tema Merajut Sutera Desa Pising Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng.
Dalam kesempatan itu, Camat Donri-Donri diwakili Kasi Perekonomian Hj. Hasma, SE, MM, menyampaikan semoga dengan tema merajut kembali Sutera Desa Pising merupakan momen yang baik dan memberi semangat para petani sutera untuk bergairah memelihara ulat sutera.
Sementara itu, Kepala Desa Pising Hj Sitti Salmiah, SE menyambut baik Program kerja dari mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar yang melakukan KKN Tematik di Desa Pising ini yang merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan kembali Sutera di Desa Pising.
Sedangkan, Wirfa Yohenri dalam pemaparannya persuteraan alam dimana waktu itu masyarakat menyilangkan ulat sutera yang di sebut Ulat Lokal,
Dengan ketekunan petani pada tahun 1972 sutera Desa Pising Kecamatan Donri-Donri mencapai 120 ton benang sutera per tahunnya, sesuai dengan perkembangan Persuteraan Alam di Sulawesi Selatan tahun 1990 pengadaan kokon 89.548 kg dengan hasil benang sutera 11.450 kg dengan rendemen 12,75%,” terang Wirfa
Lebih jauh Wirfa mengungkapkan bahwa Presiden ke 2 RI Soeharto pada tahun 1975 meresmikan Proyek Pengembangan Persuteraan Alam Sulawesi Selatan yang berkedudukan di Tajuncu Desa Donri-Donri Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng, dimana Presiden Soeharto dua kali mengunjungi Kabupaten Soppeng dalam rangka peresmian pabrik pemintalan benang sutera.
Kita bersyukur, karena sejak dulu, Desa Pising Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng telah dikenal sebagai daerah penghasil sutera. Warisan budaya yang tak ternilai, yang kemudian menjadi salah satu subsektor dalam menggerakkan perekonomian kabupaten Soppeng,” jelasnya
Menurut Wirfa tahun 2018 dibuatnya klaster Persuteraan alam di Desa Pising yang dikenal " Kampung Sabbeta" dimana selaku obyek Wisata desa, yang terdiri pemeliharaan ulat sutera.
Dengan berjalannya waktu saat ini bahan baku kokon sudah tidak ada, karena investor Cina yang beli kokonnya seharga Rp 60.000/kg padahal harga itu sudah bertahun tahun lamanya,” pungkasnya. (Irfa)